Buku Prosiding PIN Banjarmasin 2022
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan dengan pesat, menuntut kita sebagai tenaga kesehatan untuk mampu mengikuti setiap perubahan yang terjadi, khususnya di bidang neurologi. Dokter sepsialis neurologi dituntut untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi di bidang neurologi untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas. Pandemi COVID-19 tidak menjadi hambatan kita untuk belajar. Justru menjadi titik balik kita untuk bisa berevolusi tetap melakukan kegiatan ilmiah seperti biasa di tengah keterbatasan mobilisasi. Terwujudnya kegiatan PIN PERDOSSI Banjarmasin 2022 adalah salah satu bukti nyata bahwa kita mampu memberdayakan sumber daya yang ada. Acara PIN ini rutin diadakan oleh PERDOSSI dengan tema Bridging Neurological Basic Science and Technique to Advanced Technology Services in The New Habit Era. Sesuai dengan tema yang diangkat oleh 10 pokdi, buku ini membahas tentang nyeri, nyeri kepala, neurofisiologi, movement disorder, epilepsi, neuropediatri, neurotrauma, Neuroepidemiologi, Neurootologi dan oftalmologi, teaching courses, workshop, dan kompetisi free paper. Hal ini yang mendorong untuk membuat buku prosiding sebagai dokumentasi ilmiah kegiatan PIN dan menjadi sumber referensi neurologi yang terkini bagi para Dokter, khususnya yang bekerja di bidang ilmu neurologi sehingga lebih bermanfaat baik secara klinis maupun riset.
Dengan disusunnya buku ini, harapannya Dokter dapat membantu mempertahankan dan meningkatkan keilmuan dan kemampuan dalam mendiagnosis secara tepat, menggunakan alat diagnostik, dan menangani berbagai penyakit serta gangguan di bidang neurologi secara tepat juga terukur. Besar harapan bahwa buku ini membawa banyak manfaat dan memberikan kontribusi bagi sejawat Dokter Umum dan Dokter Spesialis Neurologi sebagai wahana mempertajam dan memperbaharui ilmu sesuai dengan kompetensinya.
Download Vol. 1
Download Vol. 2
Sejarah perjalanan dokter memang sangat panjang, begitupun juga ketika berbicara tentang sumbangsih dokter di Indonesia. Jauh sebelum organisasi IDI terbentuk, dokter-dokter di tanah air sudah mencatatkan dirinya sebagai salah satu pejuang kemanusiaan. Nama-nama besar seperti dr. Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Tjipto Mangoenkoesomo, dan nama-nama dokter lainnya tercatat dalam sejarah tak hanya memerangi penyakit namun juga memerangi penjajahan di Indonesia oleh kolonialisme.
Reply