Ini Fakta Keamanan Vaksin AstraZeneca untuk COVID-19
Vaksinasi mandiri memang perlu dilakukan agar target herd
immunity tercapai.
Kali ini, vaksin Sinopharm yang akan didistribusikan dan disuntikkan di
Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI juga sudah memberikan
izin penggunaan darurat kepada vaksin asal China tersebut.
Sama seperti sebelumnya, vaksin COVID-19 Sinopharm
juga akan diberikan kepada masyarakat berusia 18 tahun ke atas dengan dosis dua
kali suntik. Dalam satu botol kecil, berisi 0,5 ml cairan pembentuk antibodi.
Dokter Devia Irine Putri menjelaskan,
“Berdasarkan penelitian dan pengujian efikasi vaksin Sinopharm, persentasenya
sekitar 78 persen. Hal ini memang agak berbeda dengan Sinovac yang efikasinya
sekitar 60-an persen.”
Sebenarnya, belum ada data rinci sementara yang dirilis ke publik
mengenai khasiat vaksin Sinopharm.
Namun, Beijing Biological Products Institute, yaitu unit anak
perusahaan Sinopharm China National Biotec Group, mengatakan vaksin itu punya
efikasi di atas 78 persen yakni 79,34 persen.
Bagi orang yang sudah disuntikkan vaksin Sinovac sebelumnya,
Anda tak perlu berkecil hati. Pasalnya, dr. Devia menegaskan keduanya sama-sama
aman dan bermanfaat untuk membentuk antibodi di dalam tubuh.
“Bukan berarti Sinopharm jauh lebih spesial. Semua vaksin yang
efikasinya di atas 60 persen sudah aman dan baik menurut WHO,” jelas dr. Devia.
“Perbedaannya hanya di jarak penyuntikan dosis keduanya saja.
Kalau Sinovac itu selangnya 14 hari, sedangkan Sinopharm 21-28 hari,”
lanjutnya.
Vaksin buatan China National Pharmaceutical Group ini memiliki
nama lain, yaitu BBIBP-Corv.
Pengujiannya dilakukan di berbagai negara, antara lain Mesir,
Bahrain, Pakistan, Argentina, Maroko, Uni Emirat Arab, dan lain-lain. Sama
seperti Sinovac, isi vaksin Sinopharm adalah virus corona yang sudah
dilemahkan.
Sejarah perjalanan dokter memang sangat panjang, begitupun juga ketika berbicara tentang sumbangsih dokter di Indonesia. Jauh sebelum organisasi IDI terbentuk, dokter-dokter di tanah air sudah mencatatkan dirinya sebagai salah satu pejuang kemanusiaan. Nama-nama besar seperti dr. Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Tjipto Mangoenkoesomo, dan nama-nama dokter lainnya tercatat dalam sejarah tak hanya memerangi penyakit namun juga memerangi penjajahan di Indonesia oleh kolonialisme.
Reply